Tangan pedih tertusuk selumbar,
Selumbar kayu sakit menyucuk,
Senyum di bibir ternampak hambar,
Bagai pelita kehabisan minyak.
Baik berjagung-jagung,
Sementara nasi belum masak,
Berdikit-dikit kita menabung,
Lama-lama hasilnya nampak.
Ilmu di dada baru sejengkal di gali,
Lautan luas hendak di duga abang,
Baiklah membawa resmi padi,
Usah di tiru resmi lalang.
Hilang pisau berganti parang,
Hilang kawan berganti abang,
Mulut membenci hatinya sayang,
Ndak diluah bisa-bisa gila bayang.
Lain dulu lain sekarang,
Lain orang lain hatinya,
Usah di soal usah di tanya sekarang,
Memang ngak bisa dapat jawapnya.
Burung enggang terbang tinggi,
Burung pipit mengintai di pintu,
Tuah ayam nampak di kaki,
Tuah manusia siapa tahu.
Ke kedai membeli sangkar,
Sangkar di beli untuk si burung,
Hidup Jangan malas belajar,
Kalau malas sesal yang datang.
Guruh berdentuman di langgit tinggi,
Air tempayang dicurah ke bumi,
Baru terdengar berita di kabari,
Hasil yang ada terus di habisi.
Banyak parang pekara parang,
Banyak orang banyak ragam ,
Usah di nanti kasihnya abang,
Kalau dah jodoh pasti
datang melamar.
Usah di jolok sarang tabuan,
Pecah nanti di gigit mati,
Jangan hidup bermegah-megah tuan,
Orang tak suka lagi membenci.
Ubi di tanam di atas batas,
Tiba masa gali isinya,
Adanya budi pasti di balas,
Walau tak sekarang akan tiba masanya.
Budi yang baik di kenang orang,
Sudah mendapat jangan di buang,
Kasihnya orang usah di pandang,
Salah hemat piring melayang.
Puteri Ledang jangan di tambat,
Kalau berhajat banyak maunya,
Asam di gunung ayam dijerat,
Dalam belanga bertemu pula.
Hati-hati memaku tinta,
Tinta di paku jadi
perhatian,
Hati-hati menghulur kata,
Tersalah kata merana diri
kawan.
by: JaWanis @ Nor Azah Bahrim
9:20pm22092013
No comments:
Post a Comment